Selasa, 23 April 2013

HAK PATEN 

  PT Hartono Istana Teknologi, produsen elektronik dalam negeri terbesar dan terkemuka di Indonesia dengan merek Polytron, sampai dengan akhir tahun 2012 telah mematenkan 38 temuannya ke Amerika Serikat, Kanada dan Indonesia guna melindungi hak atas kekayaan intelektual perusahaan nasional.  
Sampai saat ini Polytron telah mengajukan 38 permohonan paten untuk produk audio, video dan home appliances yang telah disetujui atau masih dalam proses di tiga negara tersebut.


Polytron juga telah mengajukan sejumlah permohonan temuan desain nya, semenjak UU Desain Industri tersebut berlaku efektif di Indonesia. Dipilihnya Amerika Serikat dan Kanada sebagai pendaftaran paten di luar Indonesia, merupakan upaya Polytron dalam ekspansi ke negara tujuan ekspor. Apabila temuan tersebut sudah mendapat paten di negara itu, maka tidak sulit untuk mendapat paten atau penetrasi ke negara tujuan.

Saat ini, 5% dari total nilai penjualan produk Polytron sudah di ekspor ke negara kawasan Asia, Timur Tengah, Eropa dan Australia. Dan Polytron hanya melayani ekspor dengan merek Polytron. Temuan baru ini, merupakan pengembangan dari divisi Litbang PT Hartono Istana Teknologi yang didirikan pada tahun 1982 dengan tujuan membuat desain produk sendiri. Agar produk Polytron tidak ditiru oleh kompetitor, semua temuan tersebut akan dipatenkan, walau hingga saat ini belum ada produk temuan Polytron yang ditiru atau dijiplak perusahaan lain.
(http://polytron.co.id/?fuseaction=home.accor&csection=news_poly_answer)


Produk Madu Arba’in

SUKOHARJO–Pemilik usaha Madu Arba’in berencana melakukan pengamanan aset dan mengajukan paten produk.
Hal ini berdasarkan masukan dari Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Choirul Djamhari, saat melakukan kunjungan ke pabrik madu tersebut di Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Rabu (30/1/2013).
“Kalau merk sudah kami patenkan, tapi untuk desain kemasan dan rahasia perusahaan belum. Tadi saya juga diberi saran seperti desain kemasan harus memiliki ciri khas yang membedakan dengan produk lain,” ungkap pemilik usaha, Jundi Sukarna, kepada wartawan di pabriknya, Rabu.
Laki-laki yang akrab disapa Karna ini mengungkapkan akan segera menindaklanjuti saran tersebut. Pasalnya selama ini dia mengaku memang ada beberapa produsen madu nakal yang meniru desain kemasan miliknya dan mengganti dengan nama mereka.
“Hal itu tentu sangat merugikan kami karena masyarakat ada yang menilai kalau produk kami ini palsu dan menjiplak. Padahal sebenarnya kami produsen asli,” kata Karna.
Mengenai keunggulan madu produksinya berada pada kualitas. Menurut dia, selama ini pihaknya langsung membeli madu dari peternak. Karna tidak mau membeli madu di pengepul karena kualitasnya tidak terjamin. Dia juga mengaku beternak lebah sendiri di Pati. Untuk pengembangan usaha, pihaknya juga berencana terus melakukan inovasi dan ekspansi pasar.
“Pengusaha itu memang harus terus melakukan inovasi dan ekspansi supaya usahanya menjadi besar. Tentu kami ada keinginan untuk memperluas daerah distribusi produk kami. Kami berencana bisa memasarkan produk ini ke seluruh Indonesia. Saat ini pasar kami ada di Solo, Jogja, Bandung, Merauke, Makasar, Berau dan Balikpapan,” ujarnya.
Karna juga mengaku sudah mendapat tawaran untuk mengekspor ke Malaysia tapi hal tersebut belum bisa dilakukan. Hal ini karena permintaan ke Malaysia adalah madu dalam kemasan sachet, padahal pihaknya belum memiliki alat tersebut.

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar