Minggu, 25 Desember 2011

Manusia dan Penderitaan

Makna Rasa Sakit 

Rasa-sakit, jika diikuti dengan cara yang kami gambarkan di atas, akan mengembalikan hidup kita. Kehadirannya mutlak dibutuhkan untuk usaha penyehatan diri kita. Kita selalu harus menemukan dimana rasa-sakit itu berada, terutama saat rasa-sakit ini dikubur dalam gejala-gejala yang tampaknya lebih tenang, karena alasan-alasan yang dikemukakan di atas.



Otak manusia dapat dilatih untuk menjadi kompas yang lebih peka dan semakin lebih peka lagi. Dan kompas akan beroperasi di medan magnet perasaan-perasaan kita. Kita dapat merasakan kehadiran rasa tak nyaman–entah rasa-badan atau rasa-hati–bahkan jika intensitas perasaan-perasaan ini sangat rendah, atau saat perasaan-perasaan itu sedang bingung. Kita dapat mulai membaca halusnya tenunan (tekstur) rasa-rasa tak nyaman tersebut. Kita dapat menelusuri jalan mereka dan menyatu dengan mereka.


Dengan cara demikian, kita dapat menembus kedok-kedok benak hingga tiba ke inti terdalamnya, ke masa lalunya yang telah lama lewat dan ke masa kininya yang kompleks. Di sini, pada akhir perjalanan kita, pemahaman diri dan pemahaman tentang orang lain memunculkan dimensi-dimensi baru.


Semua perangkat pertahanan benak yang telah kita kaji tak dapat membelokkan kita dari arah kita, seperti angin dan hujan tidak dapat membelokkan sebuah jarum kompas.


Prinsip selalu berlaku: jika kita tinggal di dalam perasaan dan membuat pengulangan kongruensi dari suara, kata dan gerak tubuh, kita akan menemukan diri berada pada pusat pengalaman-pengalaman terburuk yang telah mencetak kita. Sekali berada di pusat tersebut, jika kita tetap terbuka dan membiarkan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan bagaikan angin menembus kita, rasa-sakit dari pengalaman dini atau pengalaman masa kini akan terurai. Pengalaman-pengalaman pahit itu dengan sendirinya berintegrasi ke dalam arus utama kehidupan mental kita. Lenyaplah kemampuan mereka untuk merusak kita.(www.paulvereshack.com/indonesian/BAB_21.htm)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar